Bertahan atau Pulang ?


Kemarin tepatnya tanggal 01 Oktober 2011 saya menjadi pembicara disalah satu seminar “Software Freedom Day” yang diadakan oleh universitas ternama di Indonesia dan termasuk universitas beken juga dimalang, secara universitas negeri yaitu Universitas Brawijaya Malang.
software freedom day
Acara dimulai sebenarnya menurut brosur kam 07:30 Am tapi sudah bisa ditebak ini waktu Indonesia bagian karet, dan saya tebak akan mulai jam 08:00AM. Dari tempat tinggal sementara dikota malang saya coba jalan jam 07:40. Perjalanan dari tempat tinggal saya ke Brawijaya hanya memakan waktu sekitar 10 menit, artinya saya sampai di kampus tersebut jam 07:50. Tidak terlambat karena tebakan saya memang benar acara akan dimulai jam 08:00 tapi. Beberapa detik setelah saya sampai dikampus keren beken ini saya menerima telpon dari salah satu sahabat karib dan sudah seperti saudara, memberitahukan kalau salah seorang orang tua dari sahabat kami sedang dirawat di ICU, tak ayal saya pun tercengang mendengarnya, karena terakhir saya menjenguknya dirumah sakit masih dalam kondisi yang lumayan sehat, tapi begitulah misteri hidup. Sahabat yang menelpon tadi bertanya keadaanq dan sedang dimana, saya pun menjawab sedang di Brawijaya mau ngisi acara seminar tapi saya bingung ruanganya dimana, karena Brawijaya gede banget, mendengar saya bingung sahabat ku itu pun mohon ijin akan menelpon nanti, dan membiarkan saya mencari ruangan acara.

Back to judul.

Sejenak saya berpikir disela kebingungan tadi. Sahabat ku yang sedang sakit orang tuanya tersebut sedang diluar kota, karena alhamdulillah dia menikah dengan gadis dari surabaya dan menetap tinggal disurabaya. Karena sebab kondisi orang tuanya yang tidak stabil maka kerap kali sahabat ku itu pulang kepulau Lombok tempat dia tumbuh besar dan dewasa, namun dia tidak bisa meninggalkan kota surabaya begitu saja, mengingat istri dan pekerjaan nya sebagai seorang guru dikota itu.

Terdiam termenung melihat kenyataan yang terjadi disekitar saya dan berpikir andai itu terjadi kepada saya yang notabene adalah lelaki yang harus bertanggung jawab penuh terhadap keluarga (ibu,bapak,adik) saya tinggal diluar kota keluarga ku tinggal. Hampir tidak bisa terbayangkan. Lebih termenung lagi ketika saya memikirkan tawaran beasiswa S2 dari ketua dan pemilik kampus tempat saya menuntut ilmu untuk kuliah di ITB kemudian mengabdi dikampus selama 2N +1 masa kuliah saya di ITB, artinya kalau saya kuliah S2 di ITB selama 2tahun maka saya harus ngajar dikampus ini selama 5 tahun. Sejujurnya tawaran ini sangat membuat saya tergiur dan terpacu, mengingat hasil estimasi biaya yang pernah saya lakukan, kondisi keuangan keluarga tidak memungkinkan untuk saya kuliah S2 di ITB dengan biaya sendiri. Tapi hal ini juga membuat kepala saya berpikir keras, karena rencana setelah lulus sangatlah banyak termasuk persiapan-persiapan yang telah saya lakukan, diantaranya: Membangun Indomaret, karena hal ini sudah saya siapkan mulai dari bangunan sampai dengan modal sudah siap, tinggal menunggu saya lulus saja. Akan tetapi kembali lagi kegemaran saya menuntut ilmu dan keinginan untuk meraih pendidikan setinggi mungkin tidak bisa dielakkan.

Bertahan atau Pulang?

Antara bertahan menuntut ilmu sebanyak mungkin atau pulang kerumah untuk mewujudkan segala rencana yang telah saya siapkan, keduanya begitu menggiurkan. Namun mengingat lagi posisi saya dikeluarga begitu penting, apalagi untuk urusan adat. Beberapa bulan yang lalu saya sempat bertanya ke orang tua mengenai keinginan saya untuk melanjutkan S2 ke negara India, dan orang tua siap dan sanggup untuk melepaskan anaknya menuntut ilmu ke India dan siap juga menanggung segal biaya kalau tidak dapat beasiswa, namun saya telaah dalam-dalam dari kata-kata sampai raut orang tuaq ketika berbicara mengenai India tersebut begitu berat. Sampai pada kesimpulan dari dalam diri, bahwa keluar negeri bukanlah pilihan yang tepat, mengingat orang tua jarang melihat ku dirumah walau dari tanah jawa saya kerap pulang kampung jika dibanding dengan teman-teman sedaerah yang tinggal dikota malang.

Bertahan atau pulang ?

Pendidikan begitu penting! keluarga pun begitu penting. Ideologi yang selalu saya tancap dalam kepala adalah menuntut ilmu ditanah orang haruslah berhasil sebagai modal untuk membangun pulau dimana saya lahir dan dibesarkan. Tapi jika saya harus berkaca terhadap usaha yang sedang saya siapkan nampaknya alan lebih condong untuk pulang kampung daripada harus bertahan menuntut ilmu, karena uang yang sudah digelontorkan untuk Indomaret tersebut bukanlah angka yang sedikit menurut ekonomi saya.

Bertahan atau pulang?

sampai detik ini saya masih bingung harus bagaimana, namun hal yang terpenting saat ini adalah menyelesaikan studi S1 dahulu. baru menata ulang rencana yang sudah ada.

Bertahan atau pulang ?

Bertahan atau pulang ?

Bertahan atau pulang ?

3 thoughts on “Bertahan atau Pulang ?

  1. speechless….sebuah kemajuan dan ketekunan yang patut diacungi jempol… itu pilihan yang memang sama2 sulit..
    tapi membahas kata “Lombok”, ada baiknya mempertimbangkan untuk “BERTAHAN” dengan pertimbangan biaya, tentunya juga akan menjadi kebanggaan yang luar biasa untuk orang tua..
    Toh juga nanti kalo sekedar mengabdi di kampus kan masih dekat, 1 jam nyampe dengan pesawat kalo kira2 perlu sekali untuk pulang…

    Salam hangat semeton… tetap semangat.. semoga tambah sukses…

Leave a comment